Khutbah

Khutbah

Khutbah

May 3, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Khutbah Jumat: Hakikat Sebuah Keluarga

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ الله تَعَالَى: وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةًۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ 

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Marilah kita panjatkan puji Syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam sebagai karunia yang sangat Istimewa. Tanpa kedua nikmat tersebut mustahil kita bersemangat menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah. Oleh karenanya, harus kita jaga dan kita pupuk nikmat tersebut agar meningkat kualitasnya.

Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad sebagai uswah hasanah di dalam berkehidupan. Dan tak lupa marilah kita senantiasa berusaha untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah. Taqwa yang sungguh sungguh bukan sekedar pemanis kalam, taqwa yang mendorong untuk perubahan kearah yang lebih baik lebih baik dan lebih baik.

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Islam menetapkan keluarga terbentuk melalui perkawinan, sedangkan hidup bersama antara seorang pria atau seorang wanita tanpa ikatan perkawinan yang sah, tidaklah dapat dinamakan keluarga, walaupun dari hubungan itu melahirkan anak-anak. Begitu pula hidup bersama antara pasangan sejenis yaitu homoseksual dan lesbian, yang di bebebrapa negara barat penganut faham sekuler, hubungan sejenis demikian diakui secara hukum, namun kehidupan semacam itu tidak layak sama sekali dipandang sebagai entitas keluarga, di tengah kehidupan masyarakat yang beradab.

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Keluarga dalam pandangan islam, bukanlah sekedar tempat berkumpulnya, orang-orang yang terikat perkawinan dan keturunan. Keluarga memiliki fungsi yang demikian luas, yang saling berkaitan antara satu fungsi dengan fungsi lain. Para ahli merumuskan ada 6 fungsi keluarga antara lain :

  1. Fungsi afektif dan reproduksi : Fungsi afektif dan reproduksi, adalah keluarga tempat memberi dan menerima kasih sayang, serta melahirkan keturunan.
  2. Fungsi religious : Keluarga memberikan pengalaman dan pendidikan keagamaan yang membekas sepanjang hidup seseorang.
  3. Fungsi rekreatif : Keluarga menjadi tempat menemukan kesegaran inspirasi dan ketenangan bagi anggotanya.
  4. Fungsi protektif : Keluarga sebagai tempat melindungi para anggotanya baik jasmani, mental rohani maupun sosial dan ekonomi.
  5. Fungsi edukatif : Keluarga memberikan nilai-nilai pendidikan kepada anggotanya.
  6. Fungsi sosial : Keluarga merupakan tempat memperoleh sosialisasi nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Hadirin

Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Islam mengajarkan hukum dan etika yang lengkap dan sempurna, untuk menjadi pedoman dan rujukan, dalam membina kehidupan keluarga, agar terwujud ketenangan (sakinah), kebahagiaan (sa’adah), kasih sayang (mawaddah warrahmah), kebaikan dan kesejahteraan (hasanah), serta kemasalahatan bagi masyarakat dan umat. Allah berfirman di dalam surat Ar-Rum : 21

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةًۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ 

Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. Juga berfirman dalam QS An Nur 32-33 :

وَاَنۡكِحُوا الۡاَيَامٰى مِنۡكُمۡ وَالصّٰلِحِيۡنَ مِنۡ عِبَادِكُمۡ وَاِمَآٮِٕكُمۡ​ ؕ اِنۡ يَّكُوۡنُوۡا فُقَرَآءَ يُغۡنِهِمُ اللّٰهُ مِنۡ فَضۡلِهٖ​ ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡمٌ‏ ٣٢ وَلۡيَسۡتَعۡفِفِ الَّذِيۡنَ لَا يَجِدُوۡنَ نِكَاحًا حَتّٰى يُغۡنِيَهُمُ اللّٰهُ مِنۡ فَضۡلِهٖ​ؕ

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.

Bagi yang sudah mampu untuk menikah, maka Rasulullah memerintahkan kepada para pemuda untuk menikah, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits,

“Wahai sekalian pemuda, siapa diantara kalian yang sudah sanggup untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu dapat menundukkan pandangan, dan juga lebih bisa menjaga kemaluan (syahwat). Namun, siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, sebab hal itu dapat meredakan nafsunya.” (HR. Al-Bukhari: 4703)

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Sesuai dengan makna Al Qur’an dan hadits di atas, maka hidup tanpa pasangan atau membujang, sepanjang tidak ada sebab atau alasan yang sangat khusus, pada dasarnya tidak terpuji dan tidak alamiah. Nabi Muhammad r sebagai uswatun hasanah, bukan saja melakukan pernikahan dan hidup berkeluarga, bahkan Nabi Muhammmad mencegah, keinginan beberapa orang sahabat, yang bermaksud hidup lajang, dengan alasan ingin total beribadah kepada Allah. Dari 'Aisyah, Rasulullah bersabda:

"Nikah termasuk sunnahku. Barangsiapa tidak mengamalkan sunnahku, ia tidak termasuk golonganku. Menikahlah kalian, karena aku bangga dengan banyaknya umatku. Barangsiapa memiliki kemampuan untuk menikah, maka menikahlah." (HR Ibnu Majah).

Dalam pandangan Islam perkawinan dan hidup berkeluarga dengan segala romantika dan perjuangannya merupakan ibadah dan jihad di jalan Allah. Jika hal itu disadari dan dijalani sesuai dengan tuntunan Ilahi. Pada era globalisasi dewasa ini keluarga muslim haruslah menjadi tempat lahir generasi penerus umat yang tangguh dan berkualitas. Al-Qur’an mengingatkan kita agar jangan meninggalkan dan mewariskan anak cucu, yang lemah yang kita khawatir akan kelemahan keyakinan dan kesejahteraan mereka. Allah I berfirman dalam Al-Qur’an surat An Nisa 9 :

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا

Dan hendaklah takut kepada Allah orangorang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Demikian semoga bermanfaat, aamiin.

 اقُوْلُ قَوْهَذا اسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ ﻟِﻲْ وَلَكُم وَلِسَائِن المُْسْلِمِين
 
. فَاسْتغَْفِرُوْهُ، إِنهَُّ هُوَ الغَْفُوْرُ الرَّحِيمُْ

(Khutbah kedua)


اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ

. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ

رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

. اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Oleh: Ustadz Agus Widada, S.H.
Artikel ini milik Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul, dipublish mediamu.com atas izin pihak yang bersangkutan

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here