Khutbah

Khutbah

Khutbah

Apr 27, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Khutbah Jumat: Meluruskan Makna Toleransi

Khutbah Jumat: Meluruskan Makna Toleransi. ilustrasi oleh: MediaMu

(Khutbah Pertama)

 اْلحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ، لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِا للهِ شَهِيْدًا، أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا الله وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ،

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ الله تَعَالَى: لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ .

 Jama’ah jum’at rahimakumullah.

Segala puji bagi Allah yang telah menghantarkan kita sehingga dapat berkumpul memenuhi panggilan shalat jum’at pada hari ini, dalam keadaan sehat walafiat. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh kaum muslimin hingga akhir zaman.

Selanjutnya, khatib mengajak kepada diri khatib pribadi dan jama’ah sekalian, untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT dengan mengisi hari-hari dengan ketaatan kepada-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya.

 Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.        

Setiap akhir tahun masehi, biasanya kita selalu dihadapkan pada persoalan toleransi. Sering kita mendengar pertanyaan, tentang bagaimana hukumnya mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru kepada orang-orang Non Muslim, sebagai bukti toleransi kita kepada mereka? Pertanyaan ini kemudian sering berkembang menjadi diskusi panjang dimana-mana, baik di majelis taklim maupun di media sosial.

Sebagian kaum muslimin bimbang, bahkan ada yang menganggapnya remeh, “cuma ucapan saja, tidak ada kaitan dengan keimanan kita. Maka, penting bagi kita untuk meluruskannya. Dalam Islam suatu ucapan itu sangat bernilai harganya. Dengan ucapan bisa menyatukan dua insan dan keluarga (akad nikah), dengan ucapan bisa memisahkan suami dan istri (talak), dengan ucapan dapat membuat seseorang masuk Islam (syahadat) atau keluar dari Islam, dengan ucapan sesorang bisa dimasukkan ke surga atau neraka.

Jama’ah jum’at rahimakumullah.

Jauh sebelum istilah toleransi antar umat beragama ramai didengungkan, sejak awal ajaran islam sudah mengajarkan nilai-nilai yang menjadi prinsip toleransi, yakni membiarkan umat lain untuk beribadah dan berhari raya tanpa mengusik mereka. Karena Islam mengajarkan prinsip,

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِࣖ

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS. Al Kafirun: 6).

Toleransi juga bermakna tidak memaksa umat lain untuk memeluk Islam. Sebagaimana Firman Allah SWT :

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَاۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)

    Namun, toleransi bukan lantas mengikuti perayaan hari raya mereka atau sekedar memberikan ucapan selamat atas hari raya dan perayaan keagamaan agama lain. Hari raya merupakan syiar (simbol) yang terkait erat dengan agama. Karenanya, Islam melarang untuk turut campur dalam bentuk apa pun dalam perayaan agama lain.

    Bahkan, sebagian ulama menyatakan bahwa ucapan selamat hari raya kepada umat lain berpotensi menyebabkan pengucapnya keluar dari aqidah Islam jika disertai niat memuliakan hari raya atau agama mereka, karena secara tidak langsung ikut mengakui bahwa Nabi Isa a.s adalah anak Allah. Allah SWT berfirman :

    وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا - لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا - تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا

    Mereka berkata, “(Allah) Yang Maha Pengasih telah mengangkat anak.” Sungguh, kamu benar-benar telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. Karena ucapan itu, hampir saja langit pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping. (Q.S. Maryam : 88-90).

    Jama’ah jum’at yang berbahagia.

    Rasulullah SAW mengajarkan terkait dengan toleransi, yaitu hendaklah setiap muslim berbuat baik pada penganut agama lain selama tidak ada sangkut pautnya dengan hal ibadah. Sebagaimana Firman Allah SWT :

    لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

    “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8)

    Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 247)

    Jama’ah jum’at yang berbahagia.

    Komisi Fatwa MUI pada 7 Maret 1981 telah mengeluarkan fatwa tentang haramnya hukum bagi umat Islam mengikuti Perayaan Natal Bersama dan Agar umat Islam tidak terjerumus pada syubhat serta larangan Allah SWT, dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatankegiatan Natal. Rasulullah SAW Bersabda:

    “Janganlah kalian masuk kepada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah." (HR Al-Baihaqi)

    Seorang muslim dilarang berhari raya, kecuali dengan hari raya yang disyariatkan dan diizinkan oleh agama Islam. Allah SWT melalui lisan Nabi-Nya Muhammad SAW telah memberikan kita dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Anas r.a. menceritakan:

    “Ketika Nabi Muhammad datang ke kota Madinah, orang-orang Madinah memiliki dua hari yang mereka gunakan untuk bermain atau bersukacita. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Aku datang kepada kalian, sedangkan kalian 8 memiliki dua hari raya di mana kalian bersuka cita di dalamnya. Ketahuilah, Allah SWT telah menggantikan dua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik, yaitu hari Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Abu Dawud, Ahmad).

    Semoga Allah SWT selalu memberikan kita hidayah dan taufik-Nya sehingga dengan kedua hal itu kita menjadi seorang muslim yang tidak mudah ikut-ikutan meramaikan sesuatu, apalagi hal tersebut sangat bertentangan dengan aqidah Islam.

     اقُوْلُ قَوْهَذا اسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ ﻟِﻲْ وَلَكُم وَلِسَائِن المُْسْلِمِين
     
    . فَاسْتغَْفِرُوْهُ، إِنهَُّ هُوَ الغَْفُوْرُ الرَّحِيمُْ

    Khutbah kedua:


    اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

    اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ

    اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ

    . اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ

    رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

    . اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

    وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

    Oleh : Ustadz Drs. Nur Idy, S.Ag
    Artikel ini milik Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul, dipublish mediamu.com atas izin pihak yang bersangkutan

    Comment

    Your email address will not be published

    There are no comments here yet
    Be the first to comment here