Teks Muqaddimah dan Isi Khutbah Tentang Keutamaan dan Kendala Menuntut Ilmu

Teks Muqaddimah dan Isi Khutbah Tentang Keutamaan dan Kendala Menuntut Ilmu

Smallest Font
Largest Font

MEDIAMU.COM - Teks Muqaddimah dan Isi Khutbah Tentang Keutamaan dan Kendala Menuntut Ilmu 

Muqaddimah Khutbah 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ،

Advertisement
Scroll To Continue with Content

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ.

اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Yang pertama dan yang paling utama kita kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan berkat rahmat limpahan Hidayah dan inayahnya kita bisa berkumpul di tempat yang penuh barokah ini guna melaksanakan salah satu kewajiban kita sebagai umat muslim dan umat beragama ya itu melaksanakan kewajiban kita yaitu salat Jumat secara berjamaah.

Kemudian tak lupa pula kita panjatkan dan kita haturkan kepada Baginda Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Berkat beliaulah kita berada di saat ini beliau adalah penutup para nabi yang membawa manusia dari zaman yang penuh kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan yang menjulang tinggi

Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Dalil Shahih Anjuran Menuntut Ilmu 

Seluruh ilmu seharusnya dapat menjadikan kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah. Maka setiap muslim diwajibkan menuntut ilmu, hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu Muslim.”

Prioritas dalam menuntut ilmu adalah mempelajari ilmu agama, khususnya ilmu Iman dan Islam serta ilmu mengenal Allah. Namun umat Islam tidak boleh begitu saja mengabaikan ilmu-ilmu lainnya. Karena tanpa ilmu, umat Islam hanya akan menjadi terbelakang dibandingkan dengan umat-umat lain.

Azab Manusia yang Bergelimang Harta Namun Tanpa Ilmu

Al-Qur’an telah menceritakan kisah Qarun sebagai contoh bahwa sungguh tidaklah elok, jika manusia hanya mengumpulkan harta tanpa berusaha menambah ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah:

قالَ اِنَّمَا اُوْتِيْتُه على عِلْمٍ عِندِيْ . اَوَلَمْ يَعْلَمْ اَنَّ اللهَ قَدْ اَهْلَكَ مِنْ قَبْلِه مِنَ الْقُرُوْنِ مَنْ هُوَ اَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً واَكْثَرَ جَمْعًا . وَلا يُسْئَلُ عَنْ ذُنوْبِهِمُ الْمُجْرِمُوْنَ.

’’Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta ? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.’’ (QS al-Qashash, 28:78

Kabar Gembira Penuntut Ilmu

Hadirin Jamaah Jumat yang di rahmati Allah SWT

Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa di dalam menuntut ilmu syar’i dan mengajarkannya, keduanya sama-sama memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan agung. Dan keduanya sangatlah penting bagi kehidupan seorang muslim. Dengan kedua hal tersebut, seorang muslim bisa meraih banyak sekali kebaikan dan keutamaan.

Dalam proses menuntut ilmu dan mempelajarinya, Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya untuk senantiasa berdoa dan meminta kepada Allah agar diberikan tambahan ilmu. Allah Ta’ala tidak pernah memerintahkan Nabi-Nya untuk meminta diberikan kelebihan sesuatu, kecuali ilmu syar’i. Sungguh, hal ini menunjukkan bahwa ilmu harus diutamakan dari yang selainnya. Allah Ta’ala berfirman,

وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا

“Dan katakanlah (wahai Muhammad), ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.’” (QS. Thaha: 114)

Ayat ini penuh dengan kemuliaan. Menggembirakan mereka yang menuntut ilmu. Memecut kembali semangat yang melemah saat sedang malas dan membangkitkan kembali usaha serta kerja keras di dalam mempelajarinya. 

Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang membawa dan menyampaikan wahyu Allah kepada seluruh manusia saja, masih dan senantiasa diperintahkan untuk berdoa meminta diberikan tambahan ilmu. Lalu, bagaimana halnya dengan kita yang tentu sangat jauh sekali keutamaan dan kedudukannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?!

Lebih dari itu semua, Allah Ta’ala telah menjadikan tholibul ilmi/ menuntut ilmu sebagai salah satu fitrah dan bawaan semua orang saat ia dilahirkan ke dunia ini. Di mana Allah Ta’ala telah menciptakan serta membekali setiap jiwa yang ada dengan wasilah dan berbagai sarana untuk mendulang ilmu ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

Pendengaran, pengelihatan, dan hati nurani adalah sarana-sarana memperoleh dan mempelajari ilmu syar’i. Allah Ta’ala telah melimpahkan nikmat ini semenjak kita masih di dalam kandungan. Maka, sudah menjadi kewajiban dan keharusan kita untuk mensyukurinya dan memanfaatkan semua kenikmatan tersebut dengan sebaik-baiknya.

Berusaha untuk memperdalam pengetahuan dan keilmuan agama Islam kita, mempelajari apa-apa yang menjadi kewajiban kita, dan memaksimalkan waktu yang ada untuk terus menerus duduk di majelis ilmu.

Tantangan Para Penuntut Ilmu

Hadirin Jamaah Jum'at yang berbahagia

Menuntut ilmu memiliki beberapa penghalang yang menghalangi antara ilmu itu dan orang yang mencarinya. Di antara penghalang tersebut adalah:

1. Niat yang Rusak

Niat adalah dasar dan rukun amal. Apabila niat itu salah dan rusak, maka amal yang dilakukannya pun ikut salah dan rusak sebesar salah dan rusaknya niat.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّـمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang akan mendapatkan apa yang diniatkan. Maka barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan apa yang ia niatkan.”

Sesungguhnya kewajiban yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu adalah mengobati niat, memperhatikan kebaikannya, dan menjaganya dari kerusakan.”

2 Ingin Terkenal dan Ingin Tampil

Ingin terkenal dan ingin tampil adalah penyakit kronis. Tidak seorang pun dapat selamat darinya, kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Ta’ala.

Apabila niat seorang penuntut ilmu adalah agar terkenal, ingin dielu-elukan, ingin dihormati, ingin dipuji, disanjung, dan yang diinginkannya adalah itu semua, maka ia telah menempatkan dirinya pada posisi yang berbahaya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا نَعَايَا الْعَرَبِ، يَا نَعَايَا الْعَرَبِ (ثَلاَثًا)، أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ: اَلرِّيَاءُ، وَالشَّهْوَةُ الْـخَفِيَّةُ.

“Wahai bangsa Arab, wahai bangsa Arab (tiga kali), sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah riya’ dan syahwat yang tersembunyi.”[9]

Imam Ibnul Atsir (wafat th. 606 H) rahimahullaah mengatakan, “Maksud syahwat yang tersembunyi dalam hadits ini adalah keinginan agar manusia melihat amalnya.”

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia

3. Bosan dalam Menuntut Ilmu

Di antara penghalang menuntut ilmu adalah merasa bosan dan beralasan dengan berkonsentrasi mengikuti informasi terkini guna mengetahui peristiwa yang sedang terjadi.

Ilmu yang kita cari mendorong kita untuk mengetahui keadaan kita. Kita tidak akan bisa mengatasi berbagai masalah dan musibah yang menimpa, kecuali dengan meletakkannya pada timbangan syari’at. Seorang penyair mengatakan,

اَلشَّرْعُ مِيْزَانُ اْلأُمُورِ كُلِّهَا وَشَاهِدٌ لِفَرْعِهَا وَأَصْلِهَا

Syari’at adalah timbangan semua permasalahan,dan saksi atas cabang masalah dan pokoknya.

Orang yang enggan menuntut dan menghafalkan ilmu, namun menyibukkan diri dengan mengikuti berita koran dan majalah, radio, televisi, internet, dan mencurahkan waktu dan tenaganya untuk hal yang demikian, kemudian berupaya mengatasi permasalahan dengan pandangannya yang kerdil tanpa merujuk kepada para ulama, maka ia merugi dan ia akan mengetahui kerugiannya nanti di kemudian hari.

Khutbah II

Hadirin Jamaah sidang Sholat Jum'at

kehidupan dunia seringkali menipu kita, saudaraku. Sehingga dengan kenikmatan dunia yang kita rasakan, seakan-akan kita akan hidup selama-lamanya dalam kehidupan dunia. Dunia membuat kita lalai kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dunia membuat kita semakin jauh dari Allah ‘Azza wa Jalla, dunia menjadikan kita terkadang sombong, angkuh dan ia pun kemudian ujub kepada manusia.

Oleh karena itulah Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an tentang bahaya dunia. Allah menyebutkan:

…وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid[57]: 20)

Menipu dari Allah, menipu dari kehidupan akhirat, menipu dari tujuan sebetulnya kehidupan manusia. Bahwa manusia hidup di dunia untuk ibadah kepada Allah.

Allah ciptakan dunia benar untuk manusia, tapi Allah tidak menciptakan manusia untuk dunia. Allah ciptakan manusia adalah untuk ibadah kepada Allah, untuk mencari keridhaan Allah. Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu saja.” (QS. Az-Zariyat[51]: 56)

Allah berfirman:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۖ…

“Apakah kalian mengira bahwa kalian diciptakan oleh Allah sia-sia begitu saja dan bahwasanya kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maha Tinggi Allah raja yang haq…” (QS. Al-Mu’minun[23]: 115)

Maka saudaraku.. Inilah Din, inilah agama yang harus kita peluk, inilah aqidah yang harus kita yakini. Bahwa kita semua akan meninggal, kita akan kembali kepada Allah, kita akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah ‘Azza wa Jalla.

Maka berpikirlah untuk hari tersebut. Persiapkanlah untuk hari tersebut. Karena sesungguhnya ia adalah hari yang besar.

Simak Teks-teks khutbah lainnya di mediamu.com dengan banyak judul judul khutbah yang bisa anda bawaka sebagai materi khutbah anda.

Editor: Muhammad Fajrul Falaq 

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait