Khutbah

Khutbah

Khutbah

Apr 29, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Khutbah Jumat: Pandangan Islam tentang Kehidupan

(Khutbah Pertama)

 اْلحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ، لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِا للهِ شَهِيْدًا، أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا الله وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الله أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ الله تَعَالَى: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, segala puji hanya bagi Allah SWT atas segala limpahan nikmat yang telah dikaruniakan kepada kita, termasuk nikmat bisa bertemu dengan tahun 2024 ini. Harapannya di tahun 2024 ini dan tahun tahun setelahnya. Kehidupan kita semakin baik, semakin meningkat ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada seluruhnya umatnya yang senantiasa menjaga ajaran dan sunnah sunnah beliau hingga akhir zaman.

Tidak lupa khatib berwasiat kepada jamaah, mari senantiasa kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Takwa dengan mentaati Allah berdasarkan petunjuk dari Allah dengan berharap pahala dari-Nya. Meninggalkan perbuatan maksiat berdasarkan petunjuk dari Allah dengan rasa takut akan adzab Allah.

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah

Perguliran tahun mungkin kita sudah menyaksikan puluhan kali, demikian pula berita kematian mungkin kita juga sering mendengar, dan hampir di tiap waktu, entah keluarga, kerabat, tetangga, kolega, berpulang ke haribaan Illahi, dan sebagian kita datang bertakziah untuk memberikan penghormatan terakhir kita atas jenazah saudara kita.

Dari dua hal ini saja sudah mengisyaratkan bahwa sejatinya hidup ini singkat, dan pasti kita pun akan mengalami hal yang sama -bertemu dengan kematian- seperti saudara kita yang sudah mendahului. Dengan menyadari atas singkatnya hidup, kita akan bisa membangun keyakinan dalam pikiran; bagaimana hidup yang singkat ini tetapi bermakna. Persoalan tentang makna kehidupan, kita bisa memunculkan pertanyaan untuk diri kita semisal: "mengapa kita ada di sini?", "untuk apa hidup ini?", atau "apa tujuan hidup ini?"

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan mengasah hati dan kesadaran kita atas pentingnya hidup serta mewujudkan kehidupan yang bermakna. Dalam Al-Quran, salah satu firman Allah yang menerangkan tentang hidup yang bermakna ada di surat An-Nahl Ayat 97:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”

Ayat ini menjelaskan tentang kehidupan yang baik (hayatan thoyyiba) dan cara untuk meraihnya. Menurut M Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah ayat ini Pertama, menjelaskan bahwa beriman menjadi syarat mutlak dalam beramal shalih.

Kedua, kehidupan yang baik bukan berarti kehidupan yang mewah yang luput dari ujian, tetapi kehidupan yang diliputi oleh rasa lega, kerelaan, serta kesabaran dalam menerima cobaan dan rasa syukur atas nikmat Allah.Tetapi orang yang demikian tidak akan pernah merasa takut, khawatir, atau kesedihan yang terlalu berlarut, karena dia selalu menyadari bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik.

Ketiga, kehidupan yang baik juga dimaknai kehidupan surga kelak, atau di alam barzakh, atau kehidupan dunia yang dipenuhi rasa qonaah dan rezeki yang halal.

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mu’minun: 11

الَّذِيْنَ يَرِثُوْنَ الْفِرْدَوْسَۗ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

“Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”

Ayat ini semakin menguatkan kepada kita bahwa hidup ini tidak boleh di sia-siakan, hidup ini harus bermakna, karena pada akhirnya semua akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar kehidupan kita senantiasa bermakna, diantaranya:

Pertama, selalu ambil hikmah dalam hidup kita

Setiap peristiwa yang kita alami di dunia ini, baik membahagiakan maupun menyedihkan, semua akan ada hikmahnya. Selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah karuniakan, bersabar atas segala bentuk ujian dan musibah yang Allah berikan, serta qonaah -menerima dengan lapang dada- atas segala takdir yang Allah sematkan kepada kita.

Rasulullah SAW bersabda:

 “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Kedua, pastikan hidup kita bermakna untuk dunia

Marilah kita selalu menjadi orang yang bermakna untuk dunia dengan menjadikan diri kita bermanfaat untuk sesama dan lingkungan sekitar kita. Rasulullah SAW bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR Thabrani). Hidup kita akan bermakna manakala kehadiran kita di lingkungan dan di masyarakat dibutuhkan, dan sebaliknya hidup akan terasa hampa jika hadir tidaknya kita di suatu lingkungan dianggap tidak ada.

Ketiga, pastikan hidup kita bermakna untuk akhirat

Kehidupan di dunia ini akan bermakna jika kita manfaatkan untuk persiapan kehidupan selanjutnya. Allah memerintahkan kita untuk mempersiapan bekal di akhirat sesuai firmanNya dalam QS Al- Qashshas ayat 77 :

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Keempat, menghidupkan hidup dengan tujuan

Tujuan hidup seorang muslim tidak lain adalah beribadah kepada Allah SWT, seperti termaktub di dalam Al-Quran surat Adz dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."

Bingkaikan semua aktivitas keseharian dalam rangka ketaatan kepada Allah. Saat kita bekerja mencari nafkah kita jalani karena memang diperintahkan Allah, termasuk meninggalkan sumber harta yang syubhat atau haram adalah bentuk beribadah kepada Allah. Saat berinteraksi dengan masyarakat selalu kedepankan ukhuwah dan musyawarah. Saat berkeluarga niatkan untuk membentuk keluarga yang sakinah mawadah warahmah, keluarga yang selalu menaati tuntunan agama, serta bentuk-bentuk aktivitas lainnya harus terus berbingkai ketaatan kepada Allah SWT.

Demikian khutbah siang ini kami sampaikan, semoga Allah memberikan keistiqamah kepada kita dalam menjaga kehidupan agar selalu bermakna dan bernilai pahala.

 اقُوْلُ قَوْهَذا اسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ ﻟِﻲْ وَلَكُم وَلِسَائِن المُْسْلِمِين
 
. فَاسْتغَْفِرُوْهُ، إِنهَُّ هُوَ الغَْفُوْرُ الرَّحِيمُْ

(Khutbah kedua)


اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ

. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ

رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

. اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Oleh: Ustadz Arief rachman Anzaruddin
Artikel ini milik Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul, dipublish mediamu.com atas izin pihak yang bersangkutan

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here